Harganya: Rp. 250.000,00 (belum termasuk ongkos kirim, ya)
Yuk… di-share and mention 2 teman kamu… Kali aja kamu termasuk 1 orang beruntung yang mendapat Peti Buku edisi Mei 2016 🙂
===================================================
Harganya: Rp. 250.000,00 (belum termasuk ongkos kirim, ya)
Yuk… di-share and mention 2 teman kamu… Kali aja kamu termasuk 1 orang beruntung yang mendapat Peti Buku edisi Mei 2016 🙂
===================================================
Berhubung sedang dalam mood buat baca buku ringan (tapi ogah beli, karena rak buku di rumah udah nggak muat lagi), akhirnya saya menjarah isi rak bukunya Jia secara paksa (lha iya, namanya juga “menjarah”) dan dapat 8 buku (pinjaman) karya penulis lokal. Hampir semua buku Windry Ramadhina, sebenernya. Tapi Jia sendiri merekomendasikan buku karya Winna Efendi ini karena “novel ini bagus buat jadi acuan untuk belajar nulis.” Langsung deh saya tamatkan sekali duduk. Ceritanya ringan, alurnya maju-mundur, dengan POV yang bergantian. Gaya bahasanya keren, bertaburan “kata-kata mutiara” (halah, kata mutiara) indah yang ngebuat saya langsung bisa membayangkan “theme”-nya dan tentu saja bisa dijadikan “quote” keren. Belum lagi banyak iringan lagu-lagu asyik di sepanjang cerita.
Saya pun langsung terpikat pada paragraf pertama, tapi… sayangnya keterpikatan saya berhenti sampai di situ saja. Saya tidak merasa “attached” dengan para tokoh utama. Datar aja. Misalnya waktu mereka pertama putus, saya sempat penasaran apa alasannya, tapi begitu tau ternyata yaelah gitu doang. Dasar abege! (Ha!) Saya nggak merasakan “kebutuhan” buat simpati terhadap masalah keduanya. Cowoknya muram, ceweknya eHOis (pake H, saking egoisnya. *toyor*). Saya nggak “merasa degdegan” pada saat adegan romantis. Saya nggak kepingin pergi ke Melbourne. Di dalam cerita ini, Melbourne seolah dijadikan “tempelan” belaka. Kisah ini bakal sama saja kalau setting-nya di New York, Paris, Jakarta, atau bahkan Bandung, misalnya.
Tapi buku ini merayakan kepiawaian sang penulis dalam merangkai kata-kata. Saya tidak pernah baca buku Winna sebelum ini, tapi pastinya nggak bakal kapok untuk mencari judul-yang lain.
3/5 karena teknik penulisannya yang ciamik.
Jenis buku yang membuat saya tak bisa berkata-kata setelah menamatkannya. Mengalami “mixed feeling” juga, antara sebal dengan si penulis, dan kagum setengah mati.
Awalnya, mengingatkan saya pada buku ELIC-nya Jonathan Safran Foer dan Insiden Anjing-nya Mark Haddon. Tapi lama kelamaan saya berpikir, kalau Di Tanah Lada mungkin adalah interpretasinya Mbak Ziggy soal buku Le Petit Prince-nya Antoine de Saint-Exupery. Mungkin, yah, mungkin.
Begitu sampai di bagian akhirnya, yang ada otak saya berteriak-teriak, “Whoaa! What a f*cked up ending!” and please, yeesss, please took it as a compliment. Trus ada beberapa ketidakkonsistenan dalam cerita, dan beberapa kali typo/terlewat di-edit, tapi tidak apa-apa. Dimaafkeeeuuuuunnnn… XD
Yah, intinya buku ini membuat saya bertanya-tanya apa yang ada di dalam kepala Mbak Ziggy, ya? A bit around the bend, maybe, but in a good way. *menjura*
-nat-
4/5
Sejauh ini, lebih suka sama buku yang ini daripada Monstrumologist (buku 1)-nya. Dr. Warthrop-nya somehow terlihat lebih manusiawi.
Here’s my favorite part of the book:
The body had been stripped bare. There were no clothes and, except for on the face, there was no skin; the body had been flayed of both. The underlying sinew and muscle glimmered wetly in the silver light.
The cold stars spun to the ancient rhythm, the august march of an everlasting symphony.
They are old, the stars, and their memory is long.
#notforthefainthearteds
#notfortheweakstomachs
Gini: Bayangkan ketika umat manusia berhasil melakukan terraform (alias mengubah karakteristik suatu daerah hingga mirip Bumi dan layak-huni) pada planet-planet dan bulan di tata surya. Manusia pun akhirnya bisa pindah ke Mars, Venus, atau Merkurius. Nah, Pierce Brown berhasil membangun “dunia” itu.
Saya sih suka buku ini. Pierce Brown menciptakan istilah-istilah baru yang sepenuhnya bisa dimengerti dan dibayangkan. Kalimat-kalimatnya pendek dan ringkas. Tapi, ada bagian-bagian yang mengingatkan saya pada serial The Hunger Games. Ya, karakter-karakternya, ya dunia-dunianya. Dan saya rasa lebih tepat jika menggolongkan buku ini sebagai dystopian fantasy, alih-alih sci-fi. Kata saya, lhooooo…Sekian.
Okay… forget about those sparkling vampires. Say hello to these awesome aliens!
WOO-HOO
-nat-
5/5
City of Veils (Nayir Sharqi & Katya Hijazi, #2)
by Zoe Ferraris
e-book
393 p.
first publication: 2010
primary language: english
Buku kedua dari serial Nayir Sharqi dan Katya Hijazi. Kasusnya lebih kompleks dan lebih menarik, tapi tokohnya kebanyakan, dan terlalu besar porsinya sehingga enggak jelas lagi siapa tokoh utama dan siapa tokoh pembantu. Ada Osama Ibrahim, ada Miriam Walker, dll…
Saya sih tetap lebih suka mengikuti perkembangan hubungan Katya dan Nayir. Hehe…
Enggak sabar baca yang ketiga, soalnya menurut review GR, buku itu yang paling bagus.
-nat-
3/5
Saya suka gagasan besar di balik buku ini, bahwa perjalanan bukan cuma tentang tempat-tempat yang dikunjungi, tetapi tentang makna perjalanan itu sendiri, dan bagaimana pengaruhnya terhadap diri kita. Saya juga suka cara buku ini memberi warna baru dalam dunia penulisan perjalanan. Boleh dibilang, ini merupakan salah satu buku yang menginspirasi saya.
Tapi tema buku ini sebenarnya sudah terlalu umum. Saya tidak menemukan “misteri prosesi kehidupan di tanah magis yang berabad-abad ditelantarkan, dijajah, dan dilupakan” yang katanya sudah “disibak.” Dan penulis terlalu sering mengulang-ulang tentang “debu” seolah-olah dari judulnya saja enggak cukup. Hihi… saya rada alergi debu, jadi bacanya ikut gatel-gatel. Ah, tapi itu membuktikan betapa piawainya beliau menulis, bukan? Sampai pembacanya ikut terbawa suasana?
-nat-
3/5
Tiap-tiap tipe kepribadian punya caranya masing-masing dalam menghadapi kematian dan mengatasi rasa takut terhadap maut. Tipe kepribadian yang manakah kalian? Kalau saya sepertinya tipe Pengamat (Observer) yang Pejuang (Asserter) dan Pencemas (Questioner) dengan panah Petualang (Adventurer). Silakan dibaca buku penuh wawasan menarik ini.
-nat-